22 desember lalu...(throwback 2010)


Selamat sore bunda,...mudah-mudahan engkau selalu sehat disana, dirumah mungil kita nan bahagia. Selamat sore ayah, semoga lelahmu hari ini bisa terhapuskan dengan adanya kami anakmu disini..
Bunda,..sekarang adalah harimu, harinya para ibu diseluruh dunia.. meski tak seharusnya merayakannya hanya sekali setahun saja, karena jasamu takkan bisa terbaca hanya dikala hari ibu saja..
Bunda,.. hingga saat ini, cinta dan kasihmu kepada kami anak-anakmu tetap terkira. Di usiamu yang sudah semakin renta, tetap saja hanya ketegaran yang nampak dihadapan kami anak-anakmu,,
Bunda,.. sedang apakah engkau saat ini??? Adakah masih seperti dulu? Tetap dengan tatap rindu menatap jalanan menantikan kepulangan kami dari rantau?? Meski terkadang kurang sekali kami mengingatmu disini, ditempat yang jauh darimu,,.
Ketika ditanyakan sudahkah kami berbakti padamu dengan sebenarnya?? Sungguh malu padamu ya rabb,..tak sedikitpun terlintas di fikiran untuk sekedar memaksimalkan pengabdian kepadanya. Jangankan berbakti, menelpon sekali seminggu saja tak kami lakukan... tak ada pulsa, seringkali itu saja yang menjadi alasan untuk melakukannya. Padahal untuk menghabiskan pulsa untuk hal-hal yang lain akan dengan mudah dan terasa ringan saja.
Sungguh,..malulah diri,..malulah pada tuhanmu,..malulah pada dirimu sendiri... untuk apa siang malam berjuang belajar keras kalau itu tidak mampu menambah kecintaanmu kepada sesosok lembut yang sudah susah payah mengandung, mengurus dan membesarkanmu hingga sebesar ini???
Jika saat ini sedang bergelar aktifis mahasiswa,. Kuliah siang hingga sore,..kemudian bekerja untuk agenda dakwah, rapat pagi siang malam, aksi turun kejalan, aksi palestina, demo kebijakan- kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan hati nurani rakyat,...TAPI,...sudahkah kita benar-benar memperhatikan bagaimana kondisi orangtua kita?? Kondisi ibu kita?? Apakah terjaga kesehatannya demi mencarikan uang belanja yang kebanyakan kita pakai untuk aktifitas dakwah tadi??? Apakah kita sudah maksimalkan dakwah kita kepada keluarga?? Apakah sudah nampak bukti bahwa kecintaan kita berdakwah ikut melekat dengan semakin tingginya kecintaan kita terhadap orang tua kita???dengan juga ikut mendakwahi keluarga,.tidak hanya sekedar ngurusin orang lain saja,. Untuk hal-hal seperti ini, terkadang skala prioritas kita salah,.mendahulukan orang lain lebih dari keluarga terdekat kita,.
Jangan pernah merasa engkau sudah berhasil menjadi seorang yang berguna tatkala kau tak mampu berbakti pada ibumu..
Ketika seseorang mengaku cinta,.tentu saja pengakuan tersebut juga membutuhkan bukti. Tak hanya sekedar kata. Tak perlu sekedar teori tanpa makna. Apatah lagi cuma sebagai retorika kosong yang kehilangan makna...
Ketika kerinduan pada sang bunda tak dapat lagi terucap lisan dan bermakna,..bukan tak ada lagi kesempatan untuk mengucapkannya,..bukan sudah habis asa untuk ikut merasakan cinta yang sebenarnya,... sesungguhnya harapan yang terlintas di asa adalah lebih baik, bahkan akan sangat baik bila bisa disampaikan melalui untaian harapan dan doa agar bunda tercinta selalu berada dalam dekapan hangat sang kekasih sejati,..rabbul izzati...
Pengikhlasan,..kerelaaan,..doa,... tak akan hanya sekedar jampi-jampi tanpa makna jika memang disampaikan dengan sepenuh asa,..cinta,.. sungguh,..DIA sang maha pemilik cinta lebih tau dan perasa dibandingkan segenggam rasa cinta yang kita punyai,..
Bunda,.ibu,.mama,.mami,.amak,.umi,.emak,....apapun panggilan sayangmu dari kami anak-anakmu,..takkan pernah kami bisa membalas jasamu,..walaupun seandainya allah mengizinkan kami memiliki harta kekayaan sepenuh bumi pun itu takkan bisa membalas semua pengorbananmu, cintamu, kasih yang hangat meresap dalam setiap relung kalbu kami,.. karena sesungguhnya kecintaan kepadamu memang lebih dari kepada apapun yang kami miliki setelah kecintaan kami pada dzat yang sudah menciptakan kita,.
Lagi,...
Bunda,.apa kabarmu senja ini,..masihkah engkau duduk termangu didepan pintu menanti kepulangan kami?? Rindumu pada kami mungkin sudah semakin menyesakkan dadamu. Karena kami lebih sering memprioritaskan menelpon teman-teman kami dari sekedar menanyakan kabarmu melalui telpon. Kaupun tak nak mengganggu konsentrasi belajar kami dengan sering –sering menghubungi kami. Sungguh bunda,..betapa hatimu sehalus sutra,..betapa dalamnya cinta yang kau berikan pada kami, hingga sebegitu dalamnya kau menjaga perasaan kami,..sedangkan sebagai anak sering sekali hanya memikirkan perasaan sendiri,..minta ini,..minta itu,.. tanpa memikirkan perasaanmu yang teriris pilu karena memang sedang tak ada uang sepeser pun yang kau pegang saat itu,..bahkan kau pernah mengatakan pada kami,” untuk ama, bia lah ama makan sakali sahari asa lai tacukuik i sagalo kaparaluan sakola,...” sungguh bunda,.. tak ada air mata yang bisa kukeluarkan lagi tatkala mendengar ketulusan dan kesucian cintamu,..
 Anak seperti apa kami ini??? Setelah sekian banyak yang dikorbankan oleh seorang bunda, masih saja mengeluhkan bunda pilih kasih dengan saudaraku yang lain. Bunda lebih mencintai kakak karena lebih hebat dan pintar. Ibu lebih cinta adik karena lebih manis dan cantik, sementara aku, tak ada yang bisa dibanggakan dari seorang aku,.. sungguh malu,..MALU,..betapa keegoisan diri seringkali menyayat hati mu bunda.. padahal kasihmu yang tak terbalas itupun kami seringkali masih mempertanyakannya..seringkali kami meragukannya.. sungguh bunda,.. saat ini sungguh terasa pilu kala kami tahu yang sebenarnya...
Betapa ingin memberikan semua yang kami miliki hanya untuk sekedar menyenangkan hatimu,.. tapi kaupun menolaknya,..ambilah nak,..pakai saja,..bunda sudah cukup dengan semua yang bunda miliki saat ini,..dengan keberadaanmu disini saja bunda sudah bahagia, tak perlu lagi yang lain, yang aneh-aneh yang ingin kau berikan padaku,.sudahlah nak,.tak usah terlalu memikirkan bunda, pikirkan saja bagaimana kau bisa memenuhi kebutuhanmu, melihatmu bahagia saja itu sudah cukup membuatku bahagia,...
sungguh rabbi,..tak ada lagi kata yang bisa dituliskan untuk mampu menggambarkan betapa cinta seorang bundaku memang takkan terbalas...
bunda,...disini, saat ini,..meski mungkin kau tak bisa mendengarkannya,..kami  ingin membisikkan dengan lembut, betapa sayang kami padamu tak mampu terlukiskan,..
we love you bunda,...
kemanapun kaki sudah pernah melangkah,..itu berkat mu bunda,..
apapun yang sudah bisa kami kerjakan dalam hidup ini,.itu tak lepas dari didikanmu,..
disini,.kami dikelilingi oleh banyak sekali sahabat,..itupun tak lepas dari caramu mengajarkan arti persahabatan sejati,..
sungguh,..tiada ada kata yang mampu terucap,..tiada ada apapun yang bisa melukiskan kesungguhan kami kali ini bahwa saat ini hanya ingin merengkuhmu dengan penuh kerinduan dan membisikkan dengan lembut,..bunda,..maafkan kami karena belum mampu berbuat untuk sekedar membuat mu tersenyum,.tapi sungguh bunda,,hanya allah saja yang tahu betapa kami mencintaimu.......

teruntuk  bundaku yang sedang dalam perjalanan ke padang,..lagi-lagi demi anaknya,...


Komentar

Postingan Populer